Muchamad Syarif. Mati 15 April 2011. Anak muda yang meledakan diri di Mapolresta Cirebon itu ternyata bergerak dalam jaringan teroris bersenjata. Sepekan setelah bom itu, polisi menciduk 20 anggota jaringan itu dari berbagai daerah di Jawa dan Aceh. Dari keterangan sejumlah tersangka itu, polisi terus bergerak menggulung kawanan ini.
Sabtu malam,7 Mei 2011 empat anggota jaringan ini dibekuk Detasemen Khusus 88. Satu orang ditangkap di Boyolali Jawa Tengah. Tiga dibekuk di Depok Jawa Barat.
Dari penangkapan di Depok itu, “Ditemukan 344 butir amunisi senjata AK-47, SS1 dan 8 magazen AK-47 yang sebagian terisi penuh,” kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, Minggu 8 Mei 2011. Semua para tersangka itu ditahan. Diinterogasi guna menelusuri jaringan ini.
Tiga tersangka di Depok itu dibekuk dari tiga lokasi. Pelaku pertama yang ditangkap adalah Zl. Dia diciduk polisi dari rumah kontrakan di RT 4 RW 10, Kalibaru, Cilodong, Sukmajaya.
Dari rumah kontrakan yang baru ditempati pelaku selama lima bulan itu, polisi menemukan senjata api jenis FN dan 34 butir peluru. Zl diinterogasi. Dia diketahui sebagai bagian dari jaringan bom di Cirebon itu.
Dari rumah kontrakan yang baru ditempati pelaku selama lima bulan itu, polisi menemukan senjata api jenis FN dan 34 butir peluru. Zl diinterogasi. Dia diketahui sebagai bagian dari jaringan bom di Cirebon itu.
Menurut pengakuan Zl yang sehari-hari bekerja sebagai guru privat agama Islam, senjata itu dibeli dari seseorang bernisil FD. Polisi langsung bergerak memburu. Beberapa jam berselang, FD ditangkap dari sebuah tempat yang tak jauh dari Pasar Sukmajaya, Depok.
Polisi kemudian menggiring FD ke rumahnya di Jalan Raya Raden Saleh, Studio Alam, Depok. Dari rumah itu polisi tidak menemukan barang bukti. Nihil barang bukti, tapi FD menyebut nama Baim alias E.
Polisi kemudian menggiring FD ke rumahnya di Jalan Raya Raden Saleh, Studio Alam, Depok. Dari rumah itu polisi tidak menemukan barang bukti. Nihil barang bukti, tapi FD menyebut nama Baim alias E.
Polisi terus merangsek. Baim langsung diringkus dari rumahnya di Mekar Jaya, juga di kawasan Depok. Baim ini ternyata adalah pemasok amunisi senjata api bagi kawanan ini. Dari si Baim inilah polisi menyita 344 butir amunisi senjata AK-47 dan SS1, dan delapan magazen AK-47 yang sebagian berisi penuh itu.
Nyanyian Adik Kandung Syarif
Penangkapan 3 tersangka di Depok itu plus temuan senjata dan peluru itu ditempuh lewat proses panjang nan berliku. Dan semuanya berkat nyanyian dua adik kandung Mochamad Syarif, Dede dan Basuki.
Keduanya mengetahui rencana aksi terror Syarif, tapi tidak melapor kepada polisi. Mereka juga tahu orang yang merakit bom yang meledak dan melukai sejumlah polisi dan jemaah yang sedang Sholat Jumat.
Dari penuturan Dede dan Basuki, polisi kemudian menangkap tiga tersangka yang diduga sebagai perakit bom untuk Syarif. Salah satu yang ditangkap itu adalah Mushola.
Dari penuturan Dede dan Basuki, polisi kemudian menangkap tiga tersangka yang diduga sebagai perakit bom untuk Syarif. Salah satu yang ditangkap itu adalah Mushola.
Dia ditangkap ketika sedang berjualan di pasar malam Slawi, Jawa Tengah. Saat ditangkap polisi, pria ini menyimpan granat nanas. Granat itu disimpan di dalam karung barang dagangan. Mushola dikorek polisi soal jaringan ini.
Memburu kawanan teroris penjahat ini polisi bergerak cepat, ke sejumlah lokasi yang menjadi petunjuk. Di Cirebon, misalnya, mereka merangsek ke rumah Andri Siswanto alias Hasim. Tapi yang diburu sudah kabur.
Dari rumahnya polisi polisi menyita sejumlah buku tentang jihad, kepingan VCD, sejumlah alat elektronik yang terkait dengan bom, dan sebuah motor matik. Polisi lalu mengendus keberadaan Hasim ke sejumlah wilayah.
Si Hasim itu kemudian dibekuk polisi, dari sebuah rumah di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Dari sejumlah keterangan para tersangka yang sudah dibekuk itu, juga si Hashim ini, polisi merangsek ke sebuah rumah di Cirebon.
Itu rumah kontrakan. Letaknya di Jalan Karang Kencana, Gang VIII, Pagongan Timur, Kota Cirebon. Di rumah itu polisi menangkap Ishak Andriana alis Abu Sifa. Si Ishak inilah yang diduga polisi menguasai teknik perakitan bom. Dia diduga sebagai perancang bom yang meledak bersama Mochamad Syarif, 15 April itu.
Dari interogasi Ishak dan kawanannya itu polisi menemukan enam bom tabung besi di Kali Soka, Kecamatan Plumbon, Kota Cirebon. Sejumlah bom itu, kata polisi, disiapkan untuk aksi teror setelah bom di Mapolresta Cirebon. Polisi bekerja keras menemukan bom pipa itu. Termasuk menyelam ke kali yang jorok.
Selain sejumlah barang laknat itu, Ishak itu beryanyi tentang seseorang yang berinisial JH. Polisi lalu memburu si JH itu. Dia dibekuk di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu 7 Mei 2011. Ditangkap sore malam hari. Pukul 7 lewat. Dari keterangan Ishak itu polisi langsung meluncur ke Depok dan menangkap tiga anggota kawanan ini.
0 komentar:
Posting Komentar